SELAMAT DATANG DI BLOG QU

Minggu, 27 Februari 2011

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah
Secara umun, perusahaan dagang dapat didefinisikan sebagai organisasi yang melakukan kegiatan usaha dengan membeli barang dari pihak / perusahaan lain kemudian menjual nya lagi kepada masyarakat. Setiap perusaaan pasti bertujuan untuk menghasilkan laba optimal agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, memajukan, serta mengembangkan usahanya ketingkat yang lebih tinggi.
Salah satu unsure yang paling aktif dalam perusahaan dagang adalah persediaan. Tujuan akuntansi persediaan adalah untuk :
1.    Menentukan laba-rugi periodic (income determination) yaitu melaui proses mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam suatu periode akuntansi.
2.    Menentukan jumlah persediaan yang akan disajikan di dalam neraca.
Persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli kemudian disimpan untuk dijual dalam operasi normal perusahaan sehingga perusahaan senantiasa member perhatian yang besar dalam persediaan. Persediaan memilki arti yang  sangat strategis bagi peruahaan baik perusahaan dagang maupyn perusahaan industry.
Modal yang tertanam dalam persediaan sering kali merupakan harta lancsr                                                          yang paling besar dalam perusahaan, dan juga merupakan bagian yang paling besar dari harta perusahaaan, Penjualan akan turun jika barang tidak tersedia dalam bentuk, jenis, mutu dan  jumlah yang diinginkan pelanggan. Prosedur pembelian yang tidak efisien atau upaya penjualan yang tidak memadai dapat membebani suatu perusahaan dengan persediaan yang berlebihan dan tidak terjual. Jadi, penting bagi perusahaan untuk mengandalkan persediaan secara cermat untuk membatasi biaya penyimpanan yang terlalu besar.
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Pengendali intern juga bertujuan melindungi harta perusahaan dan juga agar informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya. Pengendalian intern persediaan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun tindakan penyimpangan lainnya.
Kerusakan, pemasukan yang tidak benar, lalai untuk mencatat permintaan, barang yang dikeluarkan tidak sesuai dengan pesanan, dan semua kemungkinan lainnya dapat menyebabkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan yang sebenarnya ada di gudang. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan persediaan secara periodic atas catatan persediaan dengan perhitungan yang sebenarnya. Kebanyakan perusahaan melakukan perhitungan fisik setahun sekali, namun ada juga yang melakukannya sebulan sekali dan sehari sekali.
PT.Akebono Brake Astra Indonesia adalah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang pembuatan disk brake. Produk disk brake yang di distribusikan oleh PT.Akebono Brake Astra Indonesia dibagi atas beberapa divisi, diantaranya ada divisi produk, divisi pencetakan, divisi kuality dan divisi lain-lain. Karena cukup banyak jenis produk dan mobilitas keluar masuk barang sehingga dikhawatirkan akan terjadi kehilangan ataupun pencurian stok barang, akibatnya diperlukan pengendali intern persediaan yang baik agar tidak terjadi penyelewengan dalam menjalankan tugas.
Mengingat bhawa pengendalian intern prsediaan sangat penting bagi perusahaan dalam mencapai efesiensi dan efektifitas, maka penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah karya tulis ilmiahdalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Pengendalian Intern Persediaan Barang Dagang pada PT.Akebono Brake Astra Indonesia”
B. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi masalah system pengendalian intern barang dagang PT.Akebono Brake Astra Indonesia.


C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :
1.    Bagaimana penerapan pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT.Akebono Brake Astra Indonesia.
2.    Apakah pengendalian intern atas persediaan barang dagang pada PT. Akebono Brake Astra Indonesia sudah berjalan dengan efektif?
D. Tujuan, dan Manfaat Penulisan
a. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
a.    Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aplikasi dari pengendalian intern persediaan barang dagang yang diterapkan oleh PT.Akebono Brake Astra Indonesia.
b.    Untuk mengetahui apakah penelitian intern persediaan barang dagang yang diterapkan sudah cukup efektif bagi perusahaan.
 b.  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
a.       Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan peneliti tentang analisis pengendalian intern persediaan barang dagang yang ada dalam perusahaan.
b.    Bagi PT.Akebono Brake Astra Indonesia, memberikan sumbangan masukan bagi manajemen yang berguna untuk memperbaiki kebijakan perusahaan atas pengendalian persediaan barang dagang.
c.       Bagi pihak lain, sebagai bahan acuan bagi penulis lainnya yang akan melakukan ataupun yang akan melanjutkan peneliian sesuai dengan judul skripsi ini.
E. Hipotesa
      Kesimpulan atau pertimbangan yang dirumuskan untuk sementara diterima sebagi penjelasan peristiwa atau kondisi yang diperhatikan dan untuk membimbing penyelidikan selanjutnya.






BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Landasan Teori / Kegiatan Pustaka
A.   Pengertian dan Jenis-jenis Persediaan
Istilah yang digunakan untuk menunjukan brang-barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan tergantung pada jenis usaha perusahaan masing-masing.
1. Pengertian Persediaan
Pada setiap tingkatan perusahaan, baik perusahaan kecil, menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, perusahan harus dapat memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit karena akan memperngaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut.
Menurut Warren Reeve (2006 : 425), “Persediaan juga di definisikan sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau yang berjalandalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.
Menurut Stice dan Skousen (2009 : 571), “Persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang dimaksukan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang yang akan di produksi dan kemudian dijual”. Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan istilah yang menunjukan segala sesuatu dari sumber daya dalam proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain.
Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, yaitu :
a.    Agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjdi
b.    Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi
c.    Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak akan dapat diskon
d.    Untuk heading dari inflasi dan perubahan harga
e.    Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses
Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan pembelian, persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi samapai barang siap untuk dijual.
Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 584), “Adapun biaya yang timbul karena persediaan adalah :
  1. Biaya penyimpanan
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan semakin banyak.
  1. Biaya Pemesanan
Setiap kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam suatu periode dikali biaya per pesanan.
  1. Biaya Penyiapan
Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam suatu periode dikali biaya per penyiapan
  1. Biaya Kehabisan atau Kekurangan
Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit. Diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif”.


2. Jenis-Jenis Persediaan
Jenis-jenis persediaan akan berbeda sesuai dengan bidang atau kegiatan normal usaha tersebut. Berdasarkan bidang usaha perusahaan tersebut. Berdasarkan bidang usaha perusahaan dapat terbentuk perusahaan industry (manufacture), perusahaan dagang, ataupun perusahaan jasa. Untuk perusahaan industri maka jenis persediaan yang dimiliki adalah persediaan bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in proses), persediaan barang jadi (finished goods), serta bahan pembantu yang akan digunakan dalam proses produksi. Dan perusahaan degang maka persediaannya hanya satu yaitu barang dagang.
Untuk dapat memahami perbedaan serta keberadaan dari tiap-tiap jenis persediaan tersebut maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan secara garis besar yaitu :
1. pesediaan bahan baku (raw material), merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku diperoleh dari sumber-sumber alam. Akan tetapi lebih sering bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak secara langsung dimasukan dalam produk.
2. barang dalam proses (good in process), yang juga disebutkan pekerjaan dalam proses (work in proses) terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dijual.
3. barang jadi (finished good), merupakan produk/barang yang telah selesai diproduksi dan menjadi persediaan perusahaan unutk dijual.
Untuk persediaan barang setelah jadi atau barang jadi harus dipahami bahwa mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu perusahaan merupakan barang jadi bagi perusahaan lain karena proses produksi bagi perusahaan tersebut hanya sampai disitu. Namun dapat saja terjadi barang setengah jadi atau barang jadi bagi suatu perusahaan merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya. Jadi, untuk menentukan apakah persediaan tersebut merupakan bahan baku barang setengah jadi, ataupun barang jadi bagi perusahaan harus dilihat apakah persediaan tersebut sebagai input ataupun output dari perusahaan atau hasil dari bagian yang mana dari proses perusahaan tersebut.
3. Sistem Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodic disebut juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode dihitung fisik barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan disebut jurnal penyesuaian.
Menurut stice dan Skousen (2009 :667), “ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu : identifikasi khusus, biaya rata-rata (Average), masuk pertama, keluar pertama (FIFO), masuk terakhir, keluar pertama (LIFO)”.
a. Identifikasi Khusus
Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada ditangan pada akhir periode berdasarkan biaya actual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.
b. Metode Biaya Rata-Rata (average)
Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak perduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk terakhir.
c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang terlebih dahulu masuk FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realities terhadap arus iaya ketika pengguna metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati pararel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanannya biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode.
d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode ini adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga FIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan harga jual yang meningkatkan, dengan menggunakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan menggunakan biayaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan anatra lain persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.
3.1. Pengertian Pengendalian Intern
Adapun perngertian pengendalian intern Alvin A. Arens dan James K Loebecke dalam bukunya Auditing An Intergrated Appoach (2000 : 315) adalah sebagai berikut :
intern control is a process design to provide reasonable assurance the achievement of management’s objective in the following categories :
a. Reliability of financial reporting
b. Effectiveness and efficiency of operations
c. Compliance with applicable laws and regulation “
Dari definisi diatas, maka dapat dilihat bahwa pengendalian intern ditekankan pada konsep-konsep dasar sebagai berikut :
a.    Pengendalian intern merupakan suatu proses. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Penegndalian intern sendiri bukan  merupakan suatu tujuan. Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasive dan menjadi bagian yang terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
b.    Pengendalian intern dilakukan oleh manusia. Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijaksaan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan direksi, manajemen dan personalia lain yang berperan didalamnya.
c.    Pengendalian intern diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan direksi perusahaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan bawahan yang melekat dalam semua item pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan pengorabanan dalam pencapaian tujuan pengendalian.
d.    Pengendalian intern disesuaikan dengan pencapaian tujuan di dalam kategori pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasiyang saling melengkapi.
Sedangkan menurut Mulyadi dalam buku system akutansi (2008 : 163) “medefinisikan system pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan suatu proses yang dilakukan untu mencapai tujuan organisasi yang terdiridari berbagai kebijakan, prosedur, teknik , peralatan fisik, dokumentasi, dan manusia.
Menurut tujuannya, system pengendalian intern tersebut dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.    Pengendalian intern akutansi (internal accounting control),
2.    Pengendalian intern administrative ( internal administrative control).
Pengendalian intern akutansi, yang merupakan bagian dari system pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi. Pengendalian intern akutansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investo dan kreditor yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Pengendalian intern administrative meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut Mulyadi dalam bukunya Auditing (1008 : 181), “tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut :
a.    Keandalan informasi keuangan,
b.    Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
c.    Efektifitas dan efisiensi operasi”.
3.2. Unsur-Unsur Pengendalian Intern
            Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam SAS (Statement on Auditing Standards) No. 78 yang terdapat dalam Standar Profesi Publik menyatakan bahwa “komponen pengendalian internal terdiri dari :
a.    Lingkungan pengendalian,
b.    Penilaian resiko,
c.    Informasi dan komunikasi
d.    Pengawasan
e.    Aktivitas Pengendalian”.
A.2 Lingkungan Pengendalian
            Lingkungan pengendalian intern adalah hal yang mendasar dalam komponen pengendalian intern. Lingkungan terdiri dari tindakan, kebijakan, prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan dewan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha tersebut (Alvin A Arens dan James K Loebbecke, 200 : 261). Dari pengertian lingkungan pengendalian intern tersebur, dapat diketahui bahwa efektifitas pengendalian dalam suatu organisasi terletak pada sikap manajemen. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern lainnya yang membentuk disiplin dan struktur dalam organisasi.
            Menurut Hall Singleton (2007 : 28), “lingkungan pengendalian memiliki beberapa elemen penting diantaranya yaitu :
1.    Falsafah dan gaya manajemen operasi,
2.    Struktur organisasi,
3.    Komite audit,
4.    Peneteapan wewenang dan tanggung jawab,
5.    Metode pengawasan manajemen,
6.    Fungsi audit intern,
7.    Praktek dan kebijakan karyawan,
8.    Pengaruh ekstern”.
1.    Falsafah dan Gaya Manajemen Operasi
Falsafah manajemen adalah seperangkat bagi perusahaan dan karyawan. Falsafah merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan oelh perusahaan. Manajemen, melalui aktivitasnya, memeberikan tanda yang jelas kepada pergawai tentang pentingnya pengendalian. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu perusahaan harus dilakukan.
2.    Struktur Organisasi
Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood dalam buku sistem informasi akutansi (2003 : 174), “Struktur organisasi didefinisikan sebagai pola otoritas dan tanggung jawab yang terdapat dalam perusahaan”. Struktur organisasi formal biasanya digambarkan dalam suatu bagan organisasi. Bagan organisasi ini menunjukan garis arus komunikasi dalm organisasi.
Menurut Richard L. Daft yang diterjemahkan oleh Edward Tanujaya (2007 : 19), “Struktur organisasi yang baik harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a.    Spesialisasi aktivitas,
b.    Standarisasi aktivitas,
c.    Koordinasi aktivitas,
d.    Sentralisasi aktivitas
e.    Ukuran unit kerja”.
3.    Komite Audit
Dewan komisaris yang efektif adalah yang independen dari manaejemen dan angota-anggotanya aktif menilai aktivitas manajemen. Komite audit biasanya dibebani tanggung jawab mengenai laporan keuangan, mencakup struktur pengendalian intern, dan ketaatan terhadap peraturan dan undang-undang. Komite audit harus memelihara komunikasi langsung yang terus menerus, baik antar dewan komisaris dengan auditor internal maupun eksternal, agar pengendalian intern menjadi lebih efektif.
4.    Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Di samping aspek komunikasi informal, metode komunikasi formal mengenai wewenang dan tanggung jawab dan masalah sejenis yang berkaitan dengan pengendalian juga sama pentingnya. Hal ini mencakup cara-cara seperti memo dari manajemen tentang pentingnya pengendalian dan masalah yang berkaitan dengan pengendalian organisasi formal dan rencana operasi, deskripsi tugas pegawai dan kebijakan terkait, dan dokumen kebijakan yang menggambarkab prilaku pegawai seperti perbedaan kepentingan dank ode etik perilaku formal.
5.    Metode Pengendalian Manajemen
            Metode pengendalian manajemen merupakan metode yang digunakan manejemen untuk memantau aktivitas setiap fungsi dan anggota organisasi. Menururt George H. Bodnar dan William S. Hopwood (2003 : 178), “metode-metode pengendalian menajemen terdiri dari teknik-teknik yang digunakan oleh manejemen untuk menyampaikan instruksi dan tujuan-tujuan operasi kepada bawahan dan untuk mengevaluasi hasil-hasilnya”.
6.    Fungsi Audit Intern
            Fungsi audit intern diobuat dalam satuan udaha untuk memantau efektivitas kebijakan dan prosedur lain yang berkaitan dengan pengendalian. Untuk meningkatkan keefektifan fungsi audit intern, adanya staf audit intern yang independen dari bagian informasi dan akutansi menjadi penting, dan melapor kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi dalam organisasi, baik manajemen puncak atau komite audit dari dewan direksi dan komisaris.
7.    Praktek dan Kebijakan Karyawan
            Tujuan pengendalian intern dapat dicapai melalui serangkaian tindakan manusi dalam organisasi, maka anggota organisasi merupakan elemen yang paling penting dalam struktur pengawasan intern. Tujuan pengendalian intern harus dipandang relevan dengan individu yang menjalankan pengendalian tersebut.
      Oleh karena pentingnya perusahaan memiliki pegawai yang jujur dan kompeten, maka perusahaan perlu memiliki kebijakan dan prosedur yang baik dalam penerimaan pegawai, pengembangan kompetensi karyawan, penilaian prestasi, dan pemberian kompensasi atau prestasi mereka.
8.    Pengaruh Ekstern
      Pengaruh ekstern adalah pengaruh yang ditetapkan dan dilakukan oleh pihak luar suatu perusahaan, yang memengaruhi suatu operasi dan praktek perusahaan. Hal ini meliput pemantauan dan kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan badan legislative dan instansi yang mengatur. Pengaruh ini dapat meningkatnkan kesadaran dan sikap manajemen terhadap prilaku dan pelaporan operasi perusahaan, serta dapat juga mendesak manjemen untuk mentapkan kebijakan dan prosedur pengendalian intern.
            A.3 Penilaian Resiko
                        Menurut Hall Singleton(2007 : 29), “ perusahaan harus melakukan penilaian resiko (risk assessment) untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola resiko yang berkaitan dengan pelaporan keuangan”. Penilaian rsiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan unuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum untuk mempertimbangkan biaya dan manfaatnya. Tujuan manajemen mengadakan penilaian resiko adalah menentukan bagaimana cara mengatasi resiko yang telah di identifikasi.
B. Metode Penulisan
                        Dalam penysunan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian dalam memperoleh data yang benar dan dapat dipercaya yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.
B.1 Metode Pengumpulan Data
a.    Wawancara
Suatu pendekatan kualitatif yang menggunakan proses mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada karyawan yang berhubungan langsung pada proses penjualan, pemesanan.
b.    Obeservasi
Suatu bentuk metode penelitian yang menggunakan proses pengamatan objek penelitian secara langsung dilapangan pada saat melakukan penelitian untuk memperoleh data dari perusahaan.
c.    Kepustakaan
Suatu bentuk metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari bahan rujukan dan buku-buku sumber data, perbandingan yang dapat dipakai sebagai landasan teori yang berkaitan dengan pokok suatu masalah.
C. Data-data Yang Dibutuhkan
a.    Data Primer
Data yang diperoleh dari berbagai sumber data, data pokok yang diperlukan untuk bahan analisa berupa data laporan rugi/laba, bukti pembayaran, kartu biaya pesanan sederhana, daftar pembiayaan sewa menyewa dan surat pekerjaan sewa menyewa.
d.    Data Sekunder
Data-data yang diperoleh dari perusahaan yang tidak berhubungan dengan tugas akhirtetapi mendukung penulisan ini.
Contoh : Struktur organisasi perusahaan.
D. Metode Analisa Data
            Metode analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitas yaitu menjelaskan data yang diperoleh dengan cara menjabarkan secara sistematis atas permasalahan serta kesimpulan terakhir yang dihasilkan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I              : Pendahuluan
                          Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujutan dan manfaat penulisan, serta metode penulisan yang akan digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini.
Bab II             : Landasan Teori / Kegiatan Pustaka
Dalam bab ini akan dibahas teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan penulisan yang akan dilakukan antara lain : laporan laba/rugi, bukti pembayaran, daftar pembiayaan sewa menyewa dan surat perjanjian sewa menyewa.
Bab III            : Sejarah Perusahaan
Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi dan kegiatan yang ada dalam suatu perusahaan tersebut.
Bab IV            : Analisa dan Pembahasan
                          Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa terhadap masalah yang akan dibahas dengan bantuan teori-teori yang relavan untuk mendapatkan pemecahan masalah bagi perusahaan tersebut.
Bab V             : Penutup
Dalam bab ini akan memuat kesimpulan dan saran hasil penelitian yang dapat diaplikasikan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk memperbaiki analis pembiayaan melalui sewa guna usaha dan aplikasinya pada perusahaan tersebut.
F. Lokasi Penelitian
                                   Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT.Akebono Brake Astra Indonesia yang beralamat di Jl.Pegangsaan Km 1,6 Jakarta Utara.

                         

DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Hendar. Manajemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Edisi 2. Yogyakart: Andi. 2002.
Mardiasmo, M.E.A., Akt, Dr. Akutansi Keuangan Dasar. Edisi 3. Yogyakarta: 2000
Moelyati, Dra. Siklus Akutansi. Jakarta : Yudisthira. 2001
SR. Soemarso;Akutansi Suatu Pengantar. Edisi 4, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000
Syamsudin, Lukman. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Edisi Baru 9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007

e-commerce

Perkembangan teknologi (tele)komunikasi dan komputer menyebabkan terjadinya perubahan kultur kita sehari-hari. Dalam era yang disebut “information age” ini, media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis. E commerce merupakan extension
dari commerce dengan mengeksploitasi media elektronik. Meskipun penggunaan media elektronik ini belum dimengerti, akan tetapi desakan bisnis menyebabkan para pelaku bisnis mau tidak mau harus menggunakan media elektronik ini.
Pendapat yang sangat berlebihan tentang bisnis ‘dotcom’ atau bisnis on-line seolah-olah mampu menggantikan bisnis tradisionalnya (off-line). Kita dapat melakukan order dengen cepat diinternet – dalam orde menit – tetapi proses pengiriman barang justru memakan waktu dan koordinasi yang lebih rumit, bisa memakan waktu mingguan, menurut Softbank;s Rieschel, Internet hanya menyelesaikan 10% dari proses transaksi, sementara 90 % lainnya adalah biaya untuk persiapan infrastruktur back-end, termasuk logistic. Reintiventing dunia bisnis bukan berarti menggantikan system yang ada, tapi justru komplemen dan ekstensi dari system infratruktur perdagangan dan produksi yang ada sebelumnya.
Dalam mengimplementasikan e-commerce tersedia suatu integrasi rantai nilai dari infrastrukturnya, yang terdiri dari tiga lapis. Perama, Insfrastruktur system distribusi (flow of good) kedua, Insfrastruktur pembayaran (flow of money) Dan Ketiga, Infrastruktur system informasi (flow of information). Dalam hal kesiapan infrastruktur e-commerce, kami percaya bahwa logistics follow trade, bahwa semua transaksi akan diikuti oleh perpindahan barang dari sisi penjual kepada pembeli. Agar dapat terintegrasinya system rantai suplai dari supplier, ke pabrik, ke gudang, distribusi, jasa transportasi, hingga ke customer maka diperlukan integrasi enterprise system untuk menciptakan supply chain visibility. Ada tiga factor yang patur dicermati oleh kita jika ingin membangun toko e-commerce yaitu : Variability, Visibility, dan Velocity (Majalah Teknologi, 2001).

Yang menjadi pertayaan bahwa bagaimana kita melakukan penyelidikan sebelum memutuskan untuk terjun ke market on-line ini, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan diantaranya ;
Process conducting dalam penyelidikan :
1) mendefinisikan targer pasar, 
2) menidentifikasikan kelompok untuk dijadikan pembelajaran.
3) indentity topk untuk discusi. Dalam tahap penunjungnya maka dapat diselidiki :
          1) identity letak demografi website di tempat tertentu, 
          2) memutuskan focus editorialnya, 
          3) memutuskan isi dari contentnya, 
          4) memutuskan pelayanan yang dibuat untuk berbagai type pengunjung (Turban M, 2001)

        Ternyata tidak mudah mengimplementasikan eCommerce dikarenakan banyaknya faktor yang terkait dan teknologi yang harus dikuasai. Tulisan (report) ini diharapkan dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang teknologi apa saja yang terkait, standar-standar yang digunakan, dan faktor-faktor yang harus diselesaikan.
        Jenis eCommerce eCommerce dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C, retail). Kedua jenis eCommerce ini memiliki karakteristikyang berbeda. Business to Business eCommerce memiliki karakteristik:
  • Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan (relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner tersebut. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust).
  • Pertukaran data (data exchange) berlangsung berulang-ulang dan secara berkala, misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Dengan kata lain, servis yang digunakan sudah tertentu. Hal ini memudahkan pertukaran data untuk dua entiti yang menggunakan standar yang sama.
  • Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus menunggu parternya.
  • Model yang umum digunakan adalah peer-topeer, dimana processing intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
Business to Consumer eCommerce
memiliki karakteristik sebagai berikut: Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.
  • Servis yang diberikan bersifat umum (generic) dengan mekanisme yang dapat digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh, karena sistem Web sudah umum digunakan maka servis diberikan dengan menggunakan basis Web.
  • Servis diberikan berdasarkan permohonan (on demand). Konsumer melakuka inisiatif dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan.
  • Pendekatan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client (consumer) menggunakan sistem yang minimal (berbasis Web) dan processing (business procedure) diletakkan di sisi server.
Menurut sebuah report dari E&Y Consulting, perkembangan kedua jenis eCommerceini dapat dilihat pada tabel berikut. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan Business to Business lebih pesat daripada Business to Consumer. Itulah sebabnya banyak orang mulai bergerak di bidang Business-to-business.

Jenis Transaksi 1997 2000
Business to Business $7 billion $327 billion
Business to Consumer $5 billion $70 billion

Meskipun demikian, Business-to-Consumer masih memiliki pasar yang besar yang tidak dapat dibiarkan begitu saja. Tingginya PC penetration (teledensity) menunjukkan indikasi bahwa banyak orang yang berminat untuk melakukan transaksi bisnis dari rumah. Negara yang memiliki indikator PC peneaion yang tinggi mungkin dapat dianggap sebagai negara yang lebih siap untuk melakukan eCommerce.

Business to Business e-Commerce
Business to Business eCommerce umumnya menggunakan mekanisme Electronic Data Interchange (EDI). Sayangnya banyak standar EDI yang digunakan sehingga menyulitkan interkomunikasi antar pelaku bisnis. Standar yang ada saat ini antara lain: EDIFACT, ANSI X.12, SPEC 2000, CARGO-IMP, TRADACOMS, IEF, GENCOD, EANCOM, ODETTE, CII. Selain standar yang disebutkan di atas, masih ada formatformat lain yang sifatnya proprietary. Jika anda memiliki beberapa partner bisnis yang sudah menggunakan standar yang berbeda, maka anda harus memiliki sistem untuk melakukan konversi dari satu format ke format lain. Saat ini sudah tersedia produk yang
dapat melakukan konversi seperti ini.
Pendekatan lain yang sekarang cukup populer dalam standarisasi pengiriman data adalah dengan menggunakan Extensible Markup Language (XML) yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C). XML menyimpan struktur dan jenis elemen data di dalam dokumennya dalam bentuk tags seperti HTML tags sehingga sangat efektif digunakan untuk sistem yang berbeda. Kelompok yang mengambil jalan ini antara lain adalah XML/EDI group (www.xmledi.net).
Pada mulanya EDI menggunakan jaringan tersendiri yang sering disebut VAN (ValueAdded Network). Populernya jaringan komputer Internet memacu inisiatif EDI melalui jaringan Internet, atau dikenal dengan nama EDI overInternet.
Topik yang juga mungkin termasuk di dalam business-to-business eCommerce adalah electronic/Internet procurement dan Enterprise Resource Planning (ERP). Hal ini adalah implementasi penggunaan teknologi informasi pada perusahaan dan pada manufakturing. Sebagai contoh, perusahaan Cisco maju pesat dikarenakan menggunakan teknologi informasi sehingga dapat menjalankan just-in-time manufacturing untuk produksi produknya.

Business to Consumer eCommerce
Business to Consumer eCommerce memiliki permasalahan yang berbeda. Mekanisme untuk mendekati consumer pada saat ini menggunakan bermacam-macam pendekatan seperti misalnya dengan menggunakan “electronic shopping mall” atau menggunakan konsep “portal”.
Electronic shopping mall menggunakan web sites untuk menjajakan produk dan servis. Para penjual produk dan servis membuat sebuah storefront yang menyediakan catalog produk dan servis yang diberikannya. Calon pembeli dapat melihat-lihat produk dan servis yang tersedia seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan window shopping. Bedanya, (calon) pembeli dapat melakukan shopping ini kapan saja dan darimana saja dia berada tanpa dibatasi oleh jam buka took.

Konsep portal agak sedikit berbeda dengan electronic shopping mall, dimana pengelola portal menyediakan semua servis di portalnya (yang biasanya berbasis web). Sebagai contoh, portal menyediakan eMail gratis yang berbasis Web bagi para pelanggannya sehingga diharapkan sang pelanggan selalu kembali ke portal tersebut.
Servis yang harus tersedia
Untuk menjalankan eCommerce, diperlukan beberapa servis atau infrastruktur yangmendukung pelaksanaan commerce. Servis-servis ini akan dibahas pada bagian (section) di bawah ini.
Directory Services
Directory services menyediakan informasi tentang pelaku bisnis dan end user, seperti halnya buku telepon dan Yellow Pages. Ada beberapa standar yang digunakan untuk menyediakan directory services. Salah satu standar yang cukup populer adalah LDAP (Lightweight Directory Access Protocol) yang kemudian menimbulkan OpenLDAP (www.openLDAP.org).
Salah satu permasalahan yang mengganjal dalam penggunaan directory services adalah adanya potensi security hole, yaitu ada kemungkinan orang melakukan spamming. pamming adalah proses pengiriman email sampah yang tak diundang (unsolicied emails) yang biasanya berisi tawaran barang atau servis ke banyak orang sekaligus. Seorang spammer dapat melihat daftar user dari sebuah directory services kemudian mengirimkan email spamnya kepada alamat-alamat email yang dia peroleh dari directory services tersebut.

Intfrastruktur Kunci Publik (Public Key Infrastructure)
Untuk menjalankan eCommerce, dibutuhkan tingkat keamanan yang dapat diterima. Salah satu cara untuk meningkatkan keamanan adalah dengan menggunakan teknologi kriptografi, yaitu antara lain dengan menggunakan enkripsi untuk mengacak data. Salah satu metoda yang mulai umum digunakan adalah pengamanan informasi dengan menggunakan public key system. Sistem lain yang bisa digunakan adalah privae key system. Infrastruktur yang dibentuk oleh sistem public key ini disebut Public Key Infrastructure (PKI), atau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Infrastruktur Kunci Publik (IKP), dimana kunci publik dapat dikelola untuk pengguna yang tersebar (di seluruh dunia). Komponen-komponen dari infrastruktur kunci publik ini akandibahas lebih lanjut pada bagian berikut.
Certification Authority (CA). Merupakan sebuah body / enity yang memberikan dan mengelola sertifikat digital yang dibutuhkan dalam transaksi elektronik. CA berhubungan erat dengan pengelolaan public key system. Contoh sebuah CA di Amerika adalah Verisign (www.verisign.com). Adalah merugikan apabila perusahaan di Indonesia menggunakan fasilitas Verisign dalam transaksi eCommerce. Untuk itu di Indonesia harus ada sebuah (atau lebih) CA. Sayangnya, untuk menjalankan CA tidak mudah. Banyak hal teknis dan non-teknis yang harus dibenahi. (Catatan: penulis saat ini sedang mengembangkan sebuah CA untuk Indonesia. Kontak penulis untuk informasi lebih anjut.) CA dapat diimplementasikan dengan menggunakan software yang komersial (seperti yang dijual oleh Verisign) dan juga yang gratis seperti yang dikembangkan oleh OpenCA1.
t
IPSec. Keamanan media komunikasi merupakan hal yang penting. Mekanisme untuk mengamankan media komunikasi yang aman (secure) selain menggunakan SSL, yang akan dijelaskan kemudian, adalah dengan menggunakan IP Secure. Plain IP versi 4, yang umum digunakan saat ini, tidak menjamin keamanan data.
Pretty Good Privacy (PGP). PGP dapat digunakan untuk authentication, encryption, dan digital signature. PGP umum digunakan (de facto) di bidang eMail. PGP memiliki permasalahan hukum (law) dengan algoritma enkripsi yang digunakannya, sehingga ada dua sistem, yaitu sistem yang dapat digunakan di Amerika Serikat dan sistem untuk internasional (di luar Amerika Serikat). Implementasi dari PGP ada bermacam-macam, dan bahkan saat ini sudah ada implementasi dari GNU yang disebut GNU PrivacyGuard (GPG).
Privacy Enhanced Mail (PEM). PEM merupakan standar pengamanan email yang diusulkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) (http://www.IETF.org).PKCS. Public Key Cryptography Standards.
S/MIME. Selain menggunakan PGP, pengamanan eMail dapat juga dilakukan dengan menggunakan standar S/MIME. S/MIME sendiri merupakan standar dari secure messaging, dan tidak terbatas hanya untuk eMail saja. Beberapa vendor EDI sudah berencana untuk menggunakan S/MIME sebagai salah satu standar yang didukung untuk messaging. Informasi mengenai S/MIME dapat diperoleh dari berbagai tempat, seperti misanya: S/MIME Central <http://www.rsa.com/smime/>
Secure Sockets Layer (SSL). Seperti dikemukakan pada awal dari report ini, eCommerce banyak menggunakan teknologi Internet. Salah satu teknologi yang digunakan adalah standar TCP/IP dengan menggunakan socket. Untuk meningkatkan keamanan informasi keamanan layer socket perlu ditingkatkan dengan menggunakan teknologi kriptografi. Netscape mengusulkan pengamanan dengan menggunakan Secure Socket Layer (SSL) ini. Untuk implementasi yang bersifat gratis dan open source, sudah tersedia OpenSSL project (http://www.openSSL.org). Selain SSL ada juga pendekatan lain, yaitu dengan menggunakan Transport Layer Security (TLS v1).
Electronic Payment
Pembayaran dengan menggunakan media elektronik merupakan sebuah masalah yang belum tuntas. Ada berbagai solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah electronic payment, antara lain:
  •  Standards: SET, Mondex
  • Electronic money: e-cash digicash, CyberCash, iKP
  • Virtual wallet, EMV electronic purse
  • Credits and debits on the Internet, First Virtual.
  • Internet banking beserta group yang terlibat di dalamnya, seperti kelompok OpenFinancial Exchange (OFX) yang dimotori oleh CheckFree Corporation Intuit, dan Microsoft beserta institusi finansial lainnya.
  • Stocks and trading
  • Smartcards: introduction, CLIP, ISO 7816 (beserta seluruh bagian/part-nya) Java Card, Open Card Framework.
Keamanan (Security)
Secara umum, keamanan merupakan salah satu komponen atau servis yang dibutuhkan untuk menjalankan eCommerce. Beberapa bagian dari keamanan ini sudah dibahas di atas dalam bagian tersendiri, seperti Infrastruktur Kunci Publik (IKP), dan privacy. Untuk menjamin keamanan, perlu adanya kemampuan dalam bidang ini yang dapat diperoleh melalui penelitian dan pemahaman. Beberapa topik (issues) yang harus dikuasai antara lain akan didaftar di bawah ini.
Teknologi Kriptografi. Teknologi kriptografi menjelaskan bagaimana mengamankan data dengan menggunakan enkripsi. Berbagai sistem sudah dikembangkan seperti sistem privae key dan public key. Penguasaan algoritma-algoritma populer digunakan untuk mengamankan data juga sangat penting. Contoh algoritma ini antara lain DES, IDEA, RC5, RSA dan ECC (Ellliptic Curve Cryptography). Penelitian dalam bidang ini di perguruan tinggi merupakan suatu hal yang penting. Salah satu masalah dalam mengamankan enkripsi adalah bagaimana memastikan bahwa hanya sang penerima yang dapat mengakses data. Anda dapat menggembok data dan mengirimkannya bersama kuncinya ke alamat tujuan, tetapi bagaimana memastikan kunci itu tidak dicuri orang di tengah jalan? Salah satu cara untuk memecahkannya adalah bahwa si penerima yang mengirimkan gemboknya, tetapi tidak mengirimkan kuncinya. Anda menggembok data dengan gembok yang dikirim olehnya dan mengirimkannya. Si penerima kemudian akan membukanya dengan kunci miliknya yang tidak pernah dikirimkannya ke siapa-siapa. Kini masalahnya bila data yang digembok itu dicuri orang, tetapi dengan enkripsi yang kompleks akan sangat sulit bagi orang itu untuk mengakses data yanmg sudah digembok itu.
One Time Pasword. Penggunaan password yang hanya dapat dipakai sebanyak satu kali. Biasanya password angka digital yang merandom angka setiap kali transaksi.
Konsultan keamanan. Konsultan, organisasi, dan institusi yang bergerak di bidang keamanan dapat membantu meningkatkan dan menjaga keamanan. Contoh organisasi yang bergerak di bidang ini adalah IDCERT.
Kerangka kerja eCommerce
Kerangka kerja (framework) dari eCommerce memiliki beberapa komponen, antara
lain:
1. Naional Inormation Technology Committee (on eCommerce). Komite ini bertanggung jawab untuk memformulasikan Information Technology, speciically eCommerce, di Indonesia. Komite ini dapat membuat working group untuk meneliti penggunaan teknologi informasi lebih lanjut. Berbagai pihak yang terlibat dalam bidang commerce dan electronic commerce sebaiknya terwakili dalam komite ini, misalnya adanya wakil dari Perbankan.
2. Communication Infrastructure
3. EC/EDI standards / infrastructure. Menentukan standar yang dapat diterima oleh semua pihak merupakan salah satu kunci utama.
4. Cyberlaw: EC laws, Electronic Security laws.
5. Customers & related organizations

Bahan Bacaan
1. Efraim Turban, Ephrain McLean, James Wetherbe, Information Technology For Management, John Wiley & Sons Inc, 2001.
2. Majalah Teknologi, Jakarta, edisi November 2001.
3. XML/ EDI Group <www.xmledi.net.>
4. www.OpenLDAP.org
5. www.idnic.net.id
6. Salahsatu penyedia security online payment< www.verisign.com>
7. www.openCA.org
8. www.openSSL.org
9. www.modex.com
10. www.digicash.com
11. www.cybercash.com
12. www.visa.com